Sabtu, 17 Januari 2009

Tips

Tips Kendaraan Mogok di Jalan

Betapa tidak nyaman ketika kita sedang asyik-asyiknya di perjalanan tiba-tiba kendaraan yang kita kendarai mogok. Apalagi jika kejadian ini jauh dari bengkel. Hal pertama yang mungkin kita rasakan adalah panik menghadapi situasi ini. Untuk menghadapi situasi seperti ini ada beberapa tips yang mudah dilakukan.

Pertama, tetaplah tenang dan jangan panik, karena ketenangan akan membawa kita pada situasi berfikir rasional dalam mencari solusi. Jangan saling menyalahkan diantara crew yang ada pada kendaraan tersebut. Jadikanlah problem ini sebagai problem bersama, sehingga setiap orang berusaha untuk menyumbangkan pemikirannya dalam mencari solusi.

Kedua, pastikan bahwa kendaraan berhenti di tempat yang aman, posisi di bahu jalan dan tidak menganggu arus lalu lintas. Nyalakan lampu tanda darurat (hazard) dan pasangkan segitiga pengaman kira-kira 2 meter tepat di belakang posisi kendaraan. Hal ini bertujuan memberi isyarat pada pengguna jalan yang lain bahwa kendaraan kita sedang mengalami masalah darurat.

Ketiga, kenali penyebab mogok dengan melihat panel indikator. Masing-masing masalah mempunyai solusi berbeda. Ada beberapa indikasi yang dapat dikenali secara umum dan solusi yang mungkin dapat dilakukan antara lain:


  1. Bahan Bakar
    • Bahan bakar habis
      Metode paling sederhana untuk mengetahui volume bahan bakar minyak adalah dengan melihat indikator pengukur bahan bakar. Pastikan volume bahan bakar dalam kondisi cukup. Pada kendaraan tertentu, jika volume bahan bakar sudah melewati batas penggunaan biasanya ada lampu indikator yang menyala (lampu yang bergambar pompa bensin).
      Bila pada indikator bahan bakar sudah menunjukkan posisi normal (misalnya menunjukan posisi ½ atau beberapa strip) perlu dipastikan apakah alat penunjuk ini bekerja dengan normal. Dengan cara mengketok-ketok dengan benda keras secara perlahan pada bagian bawah tangki bahan bakar. Dengarkan bunyi pukulan tersebut apakah nyaring atau terasa berat. Jika berbunyi nyaring tandanya volume bahan bakar dalam tangki bahan bakar dalam kondisi kosong. Bila bunyi terasa berat ada kemungkinan volume bahan bakar masih cukup untuk menghidupkan mesin.
      Apabila volume bahan bakar kurang, sebagai solusi sudah pasti kita harus mencari penjual bahan bakar atau pompa bensin terdekat. Isilah bahan bakar sampai tangki bahan bakar secukupnya.
    • Tekanan bahan bakar tidak ada
      Tekanan bahan bakar dapat diketahui dengan melihat pergerakan kepala baut yang terdapat pada pulsation dumper. Coba putar kunci kontak ke posis “START”, bila baut bergerak ke arah luar dapat dipastikan ada tekanan bahan bakar.
    • Saringan bahan bakar mampet
      Bila saringan bahan bakar mampet, tekanan yang akan dikirim ke mesin akan berkurang. Jika saringan mampet, gejala awalnya adalah laju kendaraan akan tersendat-sendat. Bila dibiarkan dapat menyebabkan mesin mati.
    • Pompa bahan bakar mati
      Pompa bahan bakar mati akan menyebabkan bahan bakar tidak dialirkan ke mesin sehingga akan mati. Untuk memastikan pompa bahan bakar bekerja dengan baik atau tidak, buka tutup tangki dan dalam waktu bersamaan “START” mesin. Dengarkan suara/getaran yang ada dalam tangki. Umur pompa bensin dapat diperpanjang dengan cara membiasakan tangki bahan bakar selalu dalam kondisi penuh. Hal ini akan mencegah timbulnya korosi pada tangki.
    • Selang bahan bakar bocor/pecah
      Selang bahan bakar bocor/pecah akan mengakibatkan bahan bakar yang di kirim ke mesin akan berkurang baik tekanan maupun jumlahnya.
  2. Mesin Over Heating
    • Masalah selanjutnya yang menyebabkan mesin tiba-tiba mati adalah terjadinya kenaikan temperatur mesin yang berlebihan. Hal ini dengan mudah dapat dilihat dari posisi jarum indikator temperatur mesin pada intrumen panel. Biasanya kenaikan jarum penunjuk temperatur pada posisi ½ atau kurang. Jika jarum penunjuk melebihi posisi ½ bisa dipastikan mesin mengalami over heating (kelebihan panas).
  3. Tidak ada pengapian
    • Syarat dari mesin bensin bisa berputar (running) pada prinsipnya ada tiga faktor, yaitu adanya tekanan kompresi yang kuat, bahan bakar cukup dan pengapian cukup besar dan tepat. Apabila tekanan kompresi dan bahan bakar normal, kemungkinan penyebab lainnya adalah sistem pengapian. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan sistem pengapian tidak bekerja normal. Secara garis besar pada sistem pengapian dibagi dalam dua bagian yaitu:
      Rangkaian yang terkait dengan sirkuit primer yaitu sirkuit yang mengalirkan tegangan 12V baterai. Sirkuit ini terdiri dari baterai-sekring-kunci-ignition coil (primary coil). Untuk mencari penyebab kerusakan para sirkuit primer dengan cara menelusuri tegangan 12V baterai stand by di terminal positif ignition coil. Selama tegangan di terminal positif ignition coil sudah ada (saat kunci kontak posisi ON), dapat dipastikan sirkuit primer dalam kondisi normal.
      Sirkuit lainnya adalah sirkuit sekunder atau sirkuit pembangkitan arus bertegangan tinggi 20KV – 30KV. Sirkuit ini terdiri dari komponen: ignition coil, Platina / condensor (tipe Konvensional), Igniter & pick up coil (tipe transistor/CDI), tutup distributor, rotor, kabel tegangan tinggi busi dan busi. Untuk menelusuri kelainan pada sirkuit ini terlebih dahulu harus memastikan sirkuit primer bekerja dengan normal. Adapun cara menelusurinya adalah dengan melakukan tes bunga api pada busi. Buka salah satu busi pada mesin. Kemudian sambungkan dengan kabel tegangan tinggi ignition coil. Dalam kondisi busi menempel dengan bodi mesin, start mesin. Jika terjadi percikan bunga api pada busi, artinya sirkuit primer dan sekunder bekerja normal.

      Pada beberapa kasus kelainan pada sistem pengapian berasal dari tutup delco (distributor) basah karena uap air atau embun. Kejadian ini biasanya terjadi jika kendaraan melaju dalam kondisi hujan yang mengakibatkan tutup distributor berembun, atau terkena percikan air hujan.

      Cara mengatasinya cukup sederhana. Buka tutup distributor, kemudian keringkan dengan menggunakan tissue atau lap kering. Jika kendaraan masih menggunakan platina, bersihkan permukaan platina tersebut menggunakan amplas atau lap kering. Lalu bersihkan lagi dengan kertas bersih.


Steer atau kemudi yang nyaman semestinya memang tidak bergetar ketika kita kendarai. Karena itu, segera periksa jika ternyata steer justru terasa tak nyaman, misalnya bergetar ketika pedal rem kita injak. Kasus seperti ini beberapa kali ditanyakan para anggota AstraWorld. Bahkan ada yang mengeluhkan getaran ini meskipun telah melakukan balancing dan spooring.

Balancing dan spooring memang dapat meningkatkan kenyamanan berkendara karena mampu meredam getaran yang dihasilkan akibat putaran roda. Tapi, pada kasus steer yang tetap terasa bergetar terutama saat nge-rem, kemungkinan besar faktor pemicunya ada pada sistem rem. Bukan tidak berfungsinya balancing. Masalah sistem rem diantaranya, piringan (disc) rem yang tidak rata. Yang paling sering adalah piringan rem ban depan (kanan-kiri).

Bila piringan rem tidak rata atau bergelombang, ketika dilakukan pengereman maka akan bergetar. Getaran itulah yang diteruskan ke kemudi dan terasa di tangan kita. Karena itu, sebaiknya lakukan pemeriksaan ke bengkel-bengkel jaringan Astra International untuk memastikan dan mengecek kondisi piringan. Efeknya akan terasa lebih baik bila piringan rem yang sudah aus diganti dengan yang baru.

Selain kondisi piringan rem, bearing (laher) roda depan yang mengalami keausan juga bisa menyebabkan getaran di steer. Tetapi, getaran ini tidak hanya muncul pada saat di rem saja. Getaran terasa pada saat kecepatan tinggi dan permukaan jalan yang tidak rata. Untuk mengatasi masalah seperti ini, solusinya adalah dengan mengganti komponen tersebut.

Kami sarankan, tetap lakukan balancing dan spooring setiap 10.000 km. Untuk sistem rem sendiri, lakukan pemeriksaan setiap 10.000 km juga. Dan apabila terjadi penggantian kanvas rem, gunakanlah kanvas rem yang orisinil. Sementara laher, lakukan penggantian grease (gemuk) setiap 20.000 km.




Tips Ekonomis Berkendara

  1. Lakukanlah perawatan kendaraan secara rutin untuk memeriksa dan menyetel kondisi mesin.
  2. Hindari memanaskan mesin terlalu lama sebelum berkendara. Selama mesin bekerja maka bahan bakar tetap terkirim, sehingga banyak BBM yang terbuang sia-sia.
  3. Pertahankan kecepatan kendaraan sedapat mungkin sekitar 70 ~ 80 km/jam.
  4. Hindari kecepatan tinggi yang tidak perlu semakin tinggi kecepatan sebanding dengan tingginya putaran mesin sehingga bahan bakar minyak yang harus dikirimpun semakin besar.
  5. Sesuaikan gigi percepatan dengan kecepatan kendaraan, gunakan gigi rendah untuk menjalankan kendaraan pertama kali.
    Contoh: Gigi 1 Kecepatan 0-15 km/jam
    Gigi 2 Kecepatan 15-35 km/jam
    Gigi 3 Kecepatan 35-50 km/jam
    Gigi 4 Kecepatan 50-70 km/jam
    Gigi 5 Kecepatan 70 ~ km/jam
  6. Lakukan akselerasi/penekanan pedal gas secara perlahan (bertahap), jangan melakukan secara tiba-tiba karena dapat mengakibatkan terjadinya penambahan bahan bakar secara berlebihan.
  7. Hindari muatan yang berlebihan. Untuk membawa beban yang besar dibutuhkan tenaga yang besar yang berarti bahan bakar yang seimbang.
  8. Matikan mesin saat kendaraan berhenti dalam waktu lama (parkir).
  9. Aktifkan penyejuk udara (AC) dengan temperatur yang tidak terlalu rendah. Hal ini akan membuat kerja kompresor tidak terlalu lama (atau matikan bila perlu).
  10. Jangan meletakkan kaki kiri pada pedal kopling saat berkendara atau berkendara dengan setengah kopling. Ini akan mengakibatkan tenaga mesin tidak sepenuhnya tersalurkan untuk menggerakkan kendaraan.
  11. Gunakan bahan bakar sesuai nilai oktan yang disarankan oleh produsen. Nilai oktan bahan bakar akan menentukan pembakaran yang sempurna, sehingga sangat berpengaruh terhadap tenaga yang dihasilkan oleh mesin.
  12. Gunakan ban dengan kembang dan tekanan angin yang tepat.


Layanan Tips Perbaikan Darurat ini menyediakan informasi seputar problem dan cara-cara perbaikan darurat pada kendaraan Anda yang mungkin terjadi pada saat berkendara.


0 ulasan:

Support by : IKC Indonesia Kijang Club